Translate

Selasa, 12 Juli 2016

Kokohnya Iman dan Baiknya Amal tergantung kepada Ilmu.

Makalah-13
Iman merupakan asas yang menentukan kepribadian seseorang. Selama ini orang memahami bahwa Iman artinya kepercayaan atau sikap bathin, yaitu mempercayai adanya Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, hari Kiamat, taqdir baik dan taqdir buruk. Pengertian tersebut di gandengkan dengan hadist Nabi Yaitu Aqdun bil qalbi wa iqraarun bil lisaani wa amalun bil arkani maka pengertiannya akan lebih operasional. Bila diartikan bahwa Iman adalah kepribadian yang mencerminkan suatu keterpaduan antara qalbu, ucapan, dan perilaku menurut ketentuan Allah.
Dengan menguatkan keyakinan dan membaguskan keyakinan, maka sesungguhnya keyakinan itu tatkala menempati dari hati dan menguasai atas hati maka jadilah barang yang ghaib. Seakan akan yang ghaib itu kelihatan, dan pada waktu yang demikian itu jadilah orang yang meyakinkan. seandainya dibuka tutup maka tidak tambah keyakinan kita. Dan bermula yang namanya yakin itu di ibaratkan kuatnya Iman dengan tetapnya Iman dan mantapnya Iman hingga jadilah seakan akan puncak yang tinggi yang tidak mampu di goncangkan oleh ragu ragu, dan tidak digoyahkan oleh sangkaan, hingga tidak tetap bagi ragu ragu dan sangkaan berwujud dengan pasti.
Maka sesungguhnya kalau datang dari luar maka tidak di dengarkan kepada ragu ragu oleh telinga dan tidak menengok kepada keraguan oleh hati, dan syeitan tidak mampu mendekati dari orang yang mempunyai keyakinan ini , tetapi syeitan lari dari orang yang punya keyakinan dan memisah dan menerima dengan selamat. Seperti Sabda Rasulullah SAW; "Sesungguhnya syeitan itu tidak mau campur dengan bayangan Umar, dan tidak melewati sayidina Umar satu jalan, melainkan syeitan tidak berani bareng dalam jalan yang lain".
Dan bermula yang menguatkan dan membaguskan dengan beberapa sebab, dan bermula yang pertama adalah keyakinan itu pokok yang berjalan atas perputaran segala sesuatu akan mendengarkan seorang hamba dengan hatinya dan telinganya untuk mendengarkan ayat ayat Al Qur'an dan Hadist yang menunjukan ke Agungan Allah SWT, dan kesempurnaan Allah, Keagungan dan Kesombongan Allah dan Menyendiri-Nya Allah dengan makhluk, Perintah dan Kekuasaan dan Perkasa-Nya Allah. Dan atas kebenaran para Rasul dan sempurnya para Rasul dan dengan apa mereka di kuatkan dengannya dari segala mu'jiyat. Dan sesuatu yang turun kepada Rasul dari macam siksa dan keterangan yang datang di akhir dari memberi pahala orang yang  berbuat baik dan menyiksa orang yang berbuat jahat dan keberadaan perkara cukup dalam faedah dan keyakinan yang di isyaratkan oleh firman Allah SWT; "Apakah tidak mencukupi kepada mereka, Aku sudah menurunkan kitab kepadamu yang di baca kitab itu atas mereka teruskan sampai akhirnya ayat".
Adapun sebab  yang kedua akan melihat dengan mata mengambil pelajaran di dalam kerajaan tujuh langit dan tujuh bumi. Dan Allah sudah menyebarkan dalam tujuh langit dan tujuh bumi itu keindahan ciptaan-Nya, dan istimewa-Nya yang ditempatkan yang menuju memberi faedah kepada yakin, sebagai isyarat dengan firman Allah SWT; "Aku bakal memperlihatkan kepada mereka ayat ayat kami dalam wilayah langit dan di dalam diri mereka (manusia) hinga jelas bagi manusia bahwasanya keberadaan Allah itu benar".
Dan sebab yang ketiga adalah akan mengamalkan seseorang atas apa yang ia beriman dengan-Nya dzahir dan bathinya dan kekal dalam yang demikian itu, dan menyerahkan kemampuanya dalam kegiatan ibadah yang dzahir dan yang bathin dan menuju faedahnya isyarat/pemberitahuan dengan firman Allah SWT; "Dan orang orang yang bersungguh sungguh dalam urusan dengan Kami (Allah) sungguh Aku tunjukan mereka jalan jalan kami (Allah)". Dan itu setengah dari buahnya yakin, tentang janji Allah dan percaya dengan jaminan Allah dan menghadap dengan sebenar benarnya cita cita atas Allah dan meninggalkan dari sesuatu yang keadaanya akan memalingkan dari Allah Ta'ala. Dan kembali dalam setiap keadaan kepada Allah dan mencurahkan segala kekuatan dalam mencari ridlo Allah. Dan bermula keyakinan itu masalah pokok dan semua pangkat orang mulia dan akhlaq yang terpuji dan amal shalih dari cabang dan buahnya yakin, akhlaq dan amal amal itu ikut kepada keyakinan dalam kuatnya dan dalam dhaifnya, dalam sehat dan dalam sakitnya.
Telah berkata Luqman as; "Tidak bisa dikuasai amal itu kecuali dengan keyakinan, seorang hamba tidak mau beramal melainkan dengan kadar keimanannya, dia tidak cekak/pendek amalnya hingga mengurangi keyakinannya. Dan karena ini Nabi SAW bersabda;"Bermula keyakinan itu iman keseluruhanya".
Dan ahli iman dalam keyakinan itu atas tiga derajad;
  1. Yang pertama derajadnya orang orang yang di sebut yang mempunyai tingkat kanan dalam keyakinan yang mantap serta mungkinya meragukan dan goncang, seandainya datang yang menuntut, dan dibaratkan daripadanya dengan Iman.
  2. Dan derajad yang kedua itu derajadnya orang yang muqarabin dalam menguasai iman atas hati dan tetapnya iman itu di dalam hati, hingga tidak mampu sesuatu yang merusak bahkan tidak didapatkan wujudnya yang merusak iman itu, apalagi dari mungkinya rusak, dan dalam derajad muqarabin ini, jadilah yang ghaib ghaib itu se akan akan kenyataan. Dan di ibaratkan kenyataan itu dengan yakin.
  3. Dan bermula derajad yang ketiga itu antara ahli setiap derajad ada perbedaan dalam derajad mereka, derajad yang ketiga derajadnya para Nabi dan orang orang yang sempurna dari pewarisnya Nabi dari orang orang yang shidiq.(An Nawawi Al Bantani).

Senin, 04 Juli 2016

Kepada Kakek, Calon Kakek dan Kakek Lama

Makalah-12
 Dari Anas bin Malik bahwasanya berkata : "Bersabda Rasulullah SAW : "Sesungguhnya Allah SWT memandang mukanya kakek kakek di waktu pagi dan sore". Dan Allah SWT berfirman :
  • Wahai hamba hamba-Ku sudah lanjut usiamu.
  • Dan sudah kendur kulitmu
  • Dan sudah lemah tulangmu
  • Dan sudah dekat ajalmu
  • Dan sudah datang masa menghadapmu
  • Maka malulah kepada-KU
  • Maka Aku malu pada ubanmu
  • Akan menyiksamu di Neraka

Jumat, 01 Juli 2016

Ilmu dan Amal

Makalah-11
Manusia di tuntut menuntut ilmu, dan hukumnya wajib. Jika tidak menuntut ilmu berdosa. Selain hukum tersebut menuntut ilmu bermanfaat untuk mencapai kecerdasan atau di sebut Ulama (orang yang memililki Ilmu). Namun di balik itu,  orang yang memiliki Ilmu (Ilmuwan) akan berdosa jika Ilmunya tidak di amalkan, dalam Al qur'an disebut sebanyak 620 kata.
     Dalam kaitannya dengan orang yang beriman harus di dasarkan pada pengetahuan (al-ilm) dan di realisasikan dalam karya nyata yang bermanfaat bagi kesejahteraan dunia dan akherat, tentunya amal yang di benarkan oleh ajaran Agama (amal shalih). Dengan demikian amal shalih merupakan aspek penting jika di lihat dari segi praktis. Dalam Al qur'an amal shalih (al amal shalihat) sering di kaitkan dengan Iman misalnya di sebut dalam A qur'an:

وَالْعَصْرِ {1}
إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ {2}
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ {3}

Artinya: 1. Demi masa 2. Sesungguhnya manusia itu dalam keadaan merugi 3. Kecuali orang orang yang beriman dan mengerjakan  amal shalih dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. Qs;103; 1-3

tentu yang dimaksud bukanlah manusia secara keseluruhan, sebab pemakaian kata al ihsan, menggunakan kata ta'rif (al) sebenarnya dapat mencakup satu persatu manusia, namun dalam hal ini mufasirin menjelaskan bahwa yang dituju ayat tersebut adalah hanya manusia yang berakal atau baligh (dewasa) bukan anak anak dan yang tidak berakal. Sedangkan kata amanu adalah orang orang yang membenarkan (tashdiq} bahwa dalam diri manusia ada potensi baik dan buruk, beri'tiqad dengan keyakinan yang benar dan punya kempuan membedakan antara yang utama dan yang hina, serta berpendirian teguh dengan keimanannya dengan realisasi perbuatan nyata (amal shalih). Adapun yang dimaksud dengan amal shalih adalah perbuatan yang dipandang baik menurut penjelasan wahyu dan perbuatan yang mengandung manfaata bagi individu maupun kelompok serta jauh dari akibat yang menyengsarakan sesuai dengan pertimbangan akal (dalil Aqliy) yang dikaitkan dengan alam empirik, sehingga kemanfaatan perbuatan tersebut dapat diketahui secara meyakinkan. Disamping itu amal shalih dapat di ukur dengan akal, harus sesuai dengan ketentuan naqliy (Al qur'an dan Hadist).
        bahwa dalil yang dianggap pasti (qath'i) adalah dalil akal yang digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan dari suatu obyek empirik. Disamping akal juga harus di dasarkan pada naqliy (wahyu), sesuai pemahaman akal. Pemanfaatan dua dalil tersebut dapat dimanfaatkan untuk memperoleh kebenaran iman yang berwujud dengan amal shalih. Orang yang beriman dan diwujudkan dengan amalshalih adalah merupakan manifestasi dari makhluk yang terbaik (berprestasi), sebagaimana tersebut dalam Al qur'an:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَٰئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ {7}

artinya: "Sesungguhnya orang orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih mereka itu adalah sebaik baik makhluk (berprestasi)".Qs 98;7
             Orang orang yang beriman adalah orang orang yang menerima pancaran sinar petunjuk, meyakini dengan teguh terhadap apa yang dikatakan (Muhammad) dan membenarkan terhadap orang yang membawanya yaitu,Nabi Muhammad SAW.
Dan telah membacakan syi'ir oleh Syeikh Imam Al Ajalu Dzahirudn Al Aimah Imam yang Agung:
"Bermula orang bodoh sudah mati sebelum kematiannya dan orang berilmu walaupun sudah mati seperti masih hidup". Dan telah membacakan syi'ir oleh Syeikh Imam Burhanudin: "Dan dalam kebodohan sebelum matinya sudah mati, bagi orang orang ahli kebodohan maka tubuh mereka sebelum dikubur seperti sudah di kubur, apabila seseorang yang tidak hidup dengan ilmu itu mayit, dan tidak ada baginya pada waktu kebangkitan (Bangkit di alam kubur seperti burung tanpa bulu).
Wallahu a'lam.
         

Senin, 20 Juni 2016

Etos Kerja dalam Islam dan Sepakbola

Makalah-10
Dalam Al Qur'an ada sekian ayat yang dapat memberikan petunjuk agar kita dapat meningkatkan etos kerja antara lain:
Pertama, Management waktu, seorang muslim dituntut untuk dapat mempergunakan waktu secara efektif untuk dapat mengisi dengan segala aktifitas yang baik, terlebih lagi apabila sedang melakukan satu pekerjaan. Berkali kali akan kita temukan ayat yang mengamdung sumpah Allah seperti,

وَالنَّهَارِ.........وَاللَّيْلِ:........وَالضُّحَىٰ.............,وَالْعَصْرِ
Hal ini mengandung pesan bahwa setiap pribadi muslim yang ingin sukses harus dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Karena waktu harus disikapi sebaik baik modal.
Illustrasi: Mengapa sebuah tim sepakbola apabila sedang bermain mereka secara umum begitu ngotot dan bersemangat ? mungkin jawabanya bisa beraneka ragam, di antaranya; mereka ingin meraih kemenangan, sehingga menjadi juara. Jawaban tersebut tidak keliru, tetapi dalam perspektif orang yang berusaha, salah satu sebab makna mengapa mereka begitu bersemangat adalah kesadaran mutlak akan terbatasnya waktu permainan, sehingga apabila mereka tidak bersemangat sementara waktu pertandingan sangat terbatas kemungkinan besar mereka akan menderita kekalahan dan itu berarti kehilangan kesempatan untuk menjadi juara. secara tegas Allah memberi petunjuk dalam Al Qur'an :

فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَىٰ {7}
وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَىٰ {8}
Artinya:" Maka apabila kamu sudah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh sungguh urusan yang lain". (ayat 7). "Dan hanya kepada Tuhanmu hendaknya kamu berharap". (ayat 8) QS;94;7 dan 8
 Ayat ini memberi isyarat kepada seoarang yang ingin meraih keberhasilan dalam usahanya, maka otomatis tidak ada waktu yang disia siakan untuk berlalu begitu saja tanpa menghasilkan suatu karya yang bermanfaat. Apabila sudah sudah selesai satu pekerjan segera susul dengan pekerkaan yang lain yang baik dengan sungguh sungguh. Isyarat dalam ayat tersebut di atas adalah tentang pentingnya sebuah perencanaan dalam satu pekerjaan. Ayat tersebut mengajarkan kepada kita bahwa sebelum melakukan suatu pekerjaan supaya membuat sebuah perencanaan yang baik dalam tahapan tahapan pekerjaan yang sistematis dengan target terukur (Kalau cacing tanah kok pingin terbang itu impossible, tetapi kalau cacing tanah itu kepingin menari nari di atas itu lebih realistis). Dan apabila satu tahapan sudah selesai dilaksanakan segera lakukan tahapan berikutnya dengan sungguh sungguh. Ini adalah adalah gambaran yang amat jelas bahwa seorang muslim dalam bekerja harus memilki etos yang tinggi.
 Tetapi harus diingat bahwa kunci keberhasilan bukan hanya terletak pada etos kerja saja melainkan harus disandarkan kepada ridha Allah SWT.Ayat ke-8 di atas adalah keterangan yang membedakan antara etos kerja yang dianjurkan Al Qur'an dan etos kerja yang diajarkan orang pintar lainnya.
Kedua, bekerja sesuai dengan bidang dan kompetensinya. Etos kerja akan berlipat apabila pekerjaan yang dia perbuat memang perbuatan  yang sesuai dengan bidang dengan kompetensinya (how about you brothers ??). Apabila seseorang melakukan pekerjaan yang bukan bidangnya, apalagi tidak memiliki kompetensi jangan harap akan dapat memperoleh hasil maksimal, yang ada justru kegagalan. Al Qur'an memberi isyarat dalam hal ini:


قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَىٰ شَاكِلَتِهِ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَىٰ سَبِيلًا {84}
Artinya; 'Katakanlah; "Tiap tiap orang berbuat menurut keadaanya masing masing". Maka Tuhanmua lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalan-Nya.Qs;!7;84
Ayat ini memberi pemahaman bahwa setiap orang telah dianugerahi di anugerahi oleh Allah potensi dan kecenderungan tertentu, atau kita kenal dengan talenta atau bakat. Maka seseorang yang dapat dengan baik  mengenal dan menggali potensi anugerah Allah tersebut kemudian dapat diwujudkan dalam bentuk kecakapan dan kompetensi dalam bidang tertentu, maka bukanlah suatu kesulitan bagi orang tersebut untuk dapat meningkatkan etos kerja
  Hal yang tidak kalah pentingya dalam peningkatan etos kerja, seorang jangan pernah lepas dari petunjuk Allah SWT dalam bekerja, hal hal yang harus diperhatikan adalah;
1) Pekerjaan yang dilakukan tidak boleh menjadikan lupa kepada Allah; sekeras apapun orang bekerja setinggi apapun etos kerja yang dimiliki tidak boleh melupakan Allah SWT. Allah mengingatkan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ {9}
Artinya: "Hai orang orang yang beriman, apabila diseru untuk menuaikan shalat jum'at maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli yang demikian itu lebih baik baik jika kamu mengetahui".Qs;62;9
pemahaman kata jual beli dalam ayat di atas mufasirin menjelaskan tidak hanya sebatas dagang akan tetapi adalah mencakup seluruh aktifitas atau pekerjaan manusia.
2) Etos kerja yang tinggi tidak boleh melupakan shalat dan zakat ibadah shalat adalah bagian dari tehnis dan mekanisme yang diciptakan oleh Allah SWT, agar manusia tetap dapat memelihara komunikasi dengan Allah SWT (bermunajah). Lebih lanjut Allah mengingatkan:


رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ۙ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ {37}
Artinya; "Laki laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dan mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang dan (dari) membayarkan zakat, mereka takut kepada suatu hal yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang".Qs;24;37

 Ini adalah rambu rambu paling penting untuk di perhatikan adalah tidak melakukan perbuatan yang di haramkan oleh Allah SWT. Maka tatkala seorang hamba melakukan perbuatan yang dilarang Allah SWT tentu akan membawa kehancuran bagi individu hamba tersebut juga bagi masyarakatnya. Contoh konkrit dari pernyataan tersebut Allah menjelaskan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ {90}
إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ ۖ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ {91}
Artinya: "hai orang orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban) untuk berhala, mengundi nasib dengan anak panah, adalah termasuk perbuatan syaitan, maka jauhilah perbuatan perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan". (ayat 90).
Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah SWT dan sembahyang, maka berhentilah kamu (dari mengerjakan perbuatan itu) (ayat 91). Qs;5; 90 dan 91.
    Adalah Abi Faidz (yaitu dzinun Al Misriy) dan namanya Tsauban ibn Ibrahim dan ayahnya adalah Nuni (yang bangsa Nuni) dan dia itu no. 1 dalam ilmunya dan wara'nya di jamanya, keadaanya, tatakramanya adalah seorang lelaki kurus (krempeng) dan kelihatan kemerah-merahan, tidak putih jenggotnya dan meninggal thn, 245 (UlamaTabi'it tabi'in), mengatakan: "Setiap orang yang takut dari sesuatu, pasti dia lari dari sesuatu itu artinya barangsiapa yang takut siksa neraka, maka dia mengerjakan amal amal yang menjauhkan diriya dari siksa api neraka. Dan setiap orang yang yang senang dalam sesuatu ia menuntut kepadanya (diperbudak oleh sesuatu itu), dan barangsiapa yang senang masuk syurga, maka dia mengerjakan amal amal yang mendekatkan dirinya ke dalam syurga". Wallahu a'alam.
 

 

Jumat, 17 Juni 2016

Setiap Bid'ah adalah Kesesatan

Makalah-9

Seandainya seorang manusia yang ada di permukaan bumi ini, siapapun orangnya bersaksi akan ke-Esa-an Allah SWT dalam rububiyah, uluhiyyah dan asma' serta sifat sifat_Nya, namun demikian tidalah menjadi seorang mu'min melainkan beriman kepada Nabi Muhammad SAW adalah hamba dan utusan Allah, maka dari itu sepatutnya setiap muslim untuk mempeljari ma'na tauhid:



فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ .......... {19}

Artinya: "Ketahuilah bahwasanya tidak ada sesembahan yang sebenarnya kecuali Allah". Qs:49;19
 Dalam memaknai kalimat tauhid ini wajib baginya untuk melaksanakan dua hal yaitu:

  1. Beriman kepada Allah
  2. Mewujudkan pada dirinya dalam beribadah dan ber 'aqidah kepada Allah SWT
Demikian juga wajib bagi setiap orang muslim mengetahui dan meyakini ma'na Muhammad adalah Hamba dan Rasulullah SAW sebagai penyempurna persaksian dalam kalimat Syahadah yang diucapkan oleh seorang muslim, tidaklah sempurna kecuali jika ia beriman kepada syahadah; "anna muhammadan rasulullah" dengan keimanan yang beedasarkan ilmu dan keyakinan yang benar dan pasti, kemudian dengan keyakinan itu ia aplikasikan dalam kehidupanya. Ucapan : Aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hamba adalah Rasul dan utusan Allah", ini memberikan kosekuensi yaitu kewajiban beriman bahwa Nabi Muhammad SAW telah menyampaikan risalah Allah, telah menuaikan amanat Allah dengan lengkap dan sempurna. Beliau tidak menyisakan sedikitpun dari risalah Allah untuk orang yang datang sesudahnya guna meralat atau menyusul beliau dalam menyampaikanya, setinggi apapun kedudukan dan derajad orang tersebut. Karena ada firman Allah SWT:


الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِإِثْمٍ ۙ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ 
Artinya; "Pada hari ini telah  Ku-sempurnakan bagimu agamamu dan telah Ku-cukupkan ni'mat-Ku atasmu dan telah Ku-ridloi Isla sebagai agamamu" Qs;3:3

Dan telah bersabda Rasulullah dalam sebuah Hadist shahih dari jalur yang banyak bahwa: "Tidaklah aaku tinggalkan sesuatu yang mendekatkanmu kepada Allah dan menjauhkanmu dari neraka kecuali telah kuperintahkannya.Dan tidak pula kutinggalkan sesuatu yang mendekatkanmu kepada Neraka dan menjauhkanmu dari Alah kecuali aku melarangmu darinya".
Dengan demikian, tiada tempat dan kesempatan untuk mengatakan bahwa ada sesuatu yang belum disampaikan beliau dari urusan agama ini walau sedikit dan semudah apapun. 



Telah berkata Syeikh Imam Al Kaits: "jalan jalan agama yaitu hukum syari'at". Yang namanya haq adalah setiap sesuatu yang cocok dengan Kitab, Sunnah Nabi, Ijma' Ulama dan Qiyas, dan dia itu lawanya batal (ghairu mubtadi'), dan bermula orang yang mengikuti bid'ah itu orang yang keluar dari kebenaran dan dia itu di cela. Dan telah mengatakan para Ulama yang namanya bid'ah dalam bahasa itu sesuatu yang di buat buat atas lainnya conth yang mendahului dan menurut syarah sesuatu yang baru yang menyalahi perintah agama dan bid'ah itu dari sekira kira sampai lima bagian


    Bermula yang ke satu dari lima itu wajib dan dia itu yang dikenai definisi definisi wajib, dan dalil dalil wajib dari Agama seperti menulis Al Qur'an dan menulis Kitab Syari'at, tatkala dikawatirkan atas ilmu syarah yang tersia sia karena menyampaikan agama sesudah kita dari masa itu wajib, dengan konsesus Ulama .Dan yang demikian itu telah menambahkan sebagian ulama Mutaakhirin (sesudah sahabat) dan itu setengah dari bid'ah yang wajib kifayah, akan sibuk dengan bahasa Arab yang terhenti atas ilmu dan dia itu Kitab dan Sunnah seperti Nahwu Dan Shorof dan ilmu Ma'ani, ilmu Bayan dan ilmu Bahasa berbeda dengan ilmu Arudl ilmu lagu lagu) dan ilmu akhirnya bait dan samanya dan membedakan antara hadist yang shahih dan dhaif, dan membukukan ilmu fiqih dan Ushul fiqih dan dalilnya fiqih, dan menolak atas kaum qadariyah dan kaum jabariyah dan kaum murji'ah, tatkala menarik kepada yang tersebut suatu keperluan. Karena sesungguhnya menjaga syari'at itu wajib kifayah tentang apa apa yang melebihi dari ketentuan dan tidak mungkin menjaga syari'at kecuali dengan yang demikian itu. Dan sesuatu yang tidak mungkin kewajiban yang mutlak melainkan denganya, maka dia itu Wajib.
    Dan yang ke-2 itu bid'ah haram dan bid'ah haram itu setiap yang bid'ah dan mendapatkan bid'ah itu dan definisi yang mengharamkan, dan dalil dalilnya haram yang bangsa syara' seperti jungkir balik dalam memenangkan pendapat orang awam atas para Ulama, dan menguasakan pangkat pangkat yang bangsa agama. Orang yang tidak pantas pada pangkat agama itu dengan jalan turun temurun. Dan menjadikan yang di sandarkan itu dalam jabatan adanya pangkat itu ada buat ayahnya dan dia itu tidak ahli dalam kepemimpinan itu.
    Dan yang ke-3 itu bid'ah sunnah, dan bid'ah sunnah yang mendapatkannya, definisi definisi sunnah dan dalil dalilnya sunnah seperti shalat tarawih hal keadaan berjamaah., memasang gambar gambar pemimpin dan hakim hakim, penguasa penguasa, pejabat pejabat atas menyalahi para sahabat (mudah mudahan Allah ridlo atas mereka), dengan sebab sesungguhnya orang shalih dan tujuan tujuan keagamaan itu, tidak, berhasil tujuan agama itu, melainkakan dengan keagungan penguasa di dalam hati manusia. Dan adalah manusia di jaman para sahabat itu dan Allah ridlo atas mereka. Karena sesungguhnya mengagungkan dengan agama dan duluan dalam hijrahnya dan Islamnya, kemudian rusak tata tertib itu hingga mereka tidak mengagungkan lagi melainkan dengan gambar itu. Dan ada yang menambahkan oleh sebagian Ulama dan itu setengah daripada bid'ah yang disunnahkan membangun umpamanya pesantren dan madrasah dan setiap kebaikan yang tidak diketahui pada jaman dahulu, dan membicarakan detailnya ilmu tasawuf.
    Dan bermula bid'ah yang ke-4 itu bid'ah makruh, dan bid'ah makruh itu sesuatu yang mendapatkannya oleh dalil dalil makruh, dan definisi definisi makruh, seperti menentukan hari hari yang utama dan lainya dengan satu macam dari ibadah. Dan menambahkan sebagian Ulama daripada bid'ah yang makruh itu menghias masjid dan menghias Al-Qur'an.
   Dan bermula bid'ah yang ke-5 itu bid'ah mubah, dan bid'ah mubah itu sesuatu yang mendapatkannya dalil dalil yang membolehkan dan definisi definisinya mubah dari syari'at Islam seperti membuat buku yang kecil kecil, maka itu dalam kata kata sahabat, pertama sesuatu yang diperbuat oleh manusia (para sahabat) sesudah wafatnya Rasulullah SAW. Membuat buku buku karena bagusnya kehidupan dan membaguskan kehidupan sebagian dari yang di bolehkan. Maka sarananya di bolehkan, telah menyebutkan yang demikian itu oleh Syeikh Imam Ibrahim Al Laqaniy. Dan telah berkata oleh Imam Ibnu Hajar dan itu setengah dari yang diperbolehkan mewah mewah dalam makanan yang enak enak dan minuman yang enak enak dan membesarkan lengan baju dan itu dalam ujung ujung tangan gamis. Dan sungguh telah berselisih para Ulama tentang ujung ujung gamis, maka menjadikan sebagian Ulama jadi bid'ah makruh, seperti bersalaman setelah shalat subuh dan shalat ashar ini menurut keterangan Imam Ibn Abdi Salam artinya tatkala bersalaman orang yang bersamanya sebelumnya, adapun orang yang tidak bersamanya sebelum shalat, maka salamanya itu sunnah. Karena sesungguhnya salaman pada waktu bertemu itu sunnah dengan ijma' (dalil Ijma') dan adanya ditentukan dalam sebagian keadaan dan di tekankan dalam kebanyakan, tidak keluar yang setengah itu dari keberadaanya dari yang disyari'atkan. Wallahu a'lam