Translate

Kamis, 16 Juni 2016

Gaya Hidup Israf (berlebihan) sebagai Senjata Pengikut Hawa Nafsu

Makalah-8

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ 


يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ {31}

Artinya: "Wahai anak cucu Adam ! Pakailah pakaianmu yang bagus bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih lebihan". QS:7:31

Ketika komsusi di sikapi sebagai arena kompetisi, sedangkan selera adalah senjatanya, Kompetisi yang dimaksud adalah kompetisi antarpribadi, antara seorang dengan orang lain. Jika dalam masyarakat tradisional, keperkasaan seseorang sangat di hargai.Keperkasaan di tunjukan dengan aktifitas agresif secara fisik (fisically), seperti perang. Sedangkan dalam masyarakat kapitalis modern dibutuhkan penghargaan dalam bentuk lain sebagai ganti keperkasaan, yaitu simbol simbol yang ditampakkan dari kepemilikan kesejahteraan seseorang. Atau dengan kata lain keperkasaan diletakan atas dasar selera dengan mengkomsusi sesuatu yang merupakan refleksi dari kepemilikan seseorang.
       Ketika komsusi tidak hanya dipandang sekedar membeli banyak komoditas, satu fungsi kenikmatan, satu fungsi individual, pembebasan kebutuhan, pemuasan diri, dan kekayaan, telah menghasilkan suatu kelompok status yang mengembangkan suatu budaya yang ditandai oleh nafsu untuk mengejar kekayaan berupa uang. Komsusi yang mencolok yang dimaknai sebagai suatu pengeluaran yang sia sia hanya untuk kesenangan semata dan hasrat untuk menunjukkan suatu posisi atau status sosial yang lebih terpandang dibandingkan dengan kalangan kalangan yang lain. Dengan demikian orang berkompetisi untuk menjadi terkenal dengan pengeluaran yang berlebihan untuk suatu rancangan adi busana, fashion yang berkelas, membuat pesta yang prestise, melaukan olah raga yang bergengsi,kendaraan super mewah, rumah bagai istana dan sebagainya, merupakan senjata dalam kompetisi di arena hawa nafsu yang tanpa batas.
     Ilustrasi: Pada saat arisan pada umumnya diikuti oleh para kaum wanita, terjadi kompetisi dalam komsusi suatu barang. Para peserta menceritakan selain tentang apa yang di komsusi diri sendiri juga yang di komsusi oleh orang lain yang tidak hadir pada acara arisan tersebut. Ketika seorang ibu mengatakan ia membeli mobil Mercedes Bens karena mobil Toyota Viosnya "sudah ketinggalan jaman". Ibu yang lain menimpali karena tidak mau ketinggalan bahwa dia akan mengganti mobil yang sedang dpakai sekarang dengan BMW. Sedangkan ibu yang lain lagi menggosipkan bahwa ibu Anu mobilnya butut, tidak pernah terpikir untuk menggantinya dengan yang baru, padahal ibu Anu punya suami yang punya kedudukan tinggi di suatu Departemen. Inilah satu arena kompetisi dalam arisan yang semua itu untuk menampakan status masing masing. Ada lagi bentuk kompetisi yang biasa di lihat pada wanita yang hadir di arisan tersebut dengan jenis jilbab yang dikenakan sedikitnya ada tiga jenis jilbab yang dikenakan oleh peserta arisan tersebut yaitu; jilbab lebar dengan baju gamis lebar, jilbab modis dengan kombinasi baju longgar, dan jilbab gaul dengan pakaian ketat yang membungkus tubuh dan pendek. Dari ketiga jenis jilbab yang dikenakan dapat ditemukan 3 identitas yang berbeda; pertama,muslimah fundamentalis yaitu muslimah yang taat dan patuh pada aturan yang telah di gariskan secara ketat. Kedua muslimah moderat yaitu kaum perempuan yang mengkombinasikan ketaatan aturan yang digariskan dengan keinginan diri untuk tampil fashion. Ketiga Muslimah gaul, yaitu kaum perempuan yang mengutamakan keinginan diri dalam berbusana dan mengakomodasikan aturan agama dalam berbusana. Wallahu 'alam
 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar