Translate

Sabtu, 28 Mei 2016

Garam, Hidangan Nabi Ibrahim as untuk Umat Nabi Muhammad SAW sampai Hari Qiamat

Makalah ke-5

   Bermula hidangan adalah  sesuatu (biasanya berupa makanan) yang disajikan kepada tamu sebagai penghormatan, menghormati tamu artinya berbuat baik. Hal keadaan menuntut karena memuliakan seperti orang yang merantau dengan ramah di depan mukanya, dan bagus omongannya di depan tamu. Dan buru buru kepada setiap tamu yang datang dan berdiri dengan sendirinya dalam melayani tamu. Maka adalah Nabi Muhammad SAW melayani tamu dengan dirinya sendiri. Demikian pula melayani tamu dengan sendirinya sahabat Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Sayidina Ali dan juga Umar bin Abdul Aziz. Dan dengan memberi makan kepada tamu dalam waktu 3 hari atau menurut kadar kemampuanya, dan tidak seyogyanya bagi seseorang akan membebani diri karena ada tamu. Dan menghasilkan/mengusahakan sesuatu yang tidak punya. Bahkan dia menghidangkan kepada tamu sesuatu yang ada dalam kemampuanya. Dan tidak memaksakan kehendak kepada tamu dengan hutang hutang, dan membeli dengan hutang.
     Karena ada sabda Nabi Muhammad SAW; "Aku dan orang yang bertaqwa dari umatku bebas dari beban di luar kemampuan ".
     Dan bersabda lagi Nabi Muhammad SAW;



لاَيَتَكّلَّفَنَّ أَحَدٌ لِضَيْفِهِ مَا لاَ يَقْدِرُ عَلَيْهِ
Artinya:"Jangan kamu memberatkan diri karena ada tamu ", maka kamu jadi membenci tamu, maka sungguh barangsiapa orang yang marah karena tamu, maka sungguh dia telah membuat murka Allah, dan barangsiapa membuat murka Allah, maka Allah murka kepadanya". Dan berkata Salman Al Farisi ; " Telah memerintahkan kepada kami Nabi Muhammad SAW supaya tidak memberatkan beban karena ada tamu, dengan menghasilkan sesuatu yang tidak ada didekatku, dan supaya saya tidak menghidangkan kepada tamu sesuatu yang tidak ada. Dan tidak ada perbedaan dalam menghormati tamu antara tamu itu kaya atau faqir dan dia itu masuk ke dalam rumah dengan membawa rahmat, dan keluar tamu itu dengan membawa dosa dosa penghuni rumah itu.
    Dan disebut dalam Hadist tidak seorang hamba yang mu'min yang kedatangan tamu, maka ia memandang di dalam wajah tamu dengan ramah melainkan Allah mengharamkan pada tubuhnya atas api neraka. Dan dari Sahabat Abi Darda dari Nabi Muhammad SAW; "Pada waktu makan salah satu kamu sekalian bersama tamu, maka supaya memberikan kepada tamu dengan tanganmu sendiri, maka tatkala adalah seseorang berbuat demikian Allah menuliskan kepadanya Amal Ibadah setahun (it's amazing don't you?), dengan siang puasanya dan shalat tahajud di waktu malamnya.
    Dan adalah penghulu Kami Nabi Ibrahim as pada waktu mau makan maka dia berjalan 1 mill atau 2 mill dalam mencari tamu supaya makan bersamanya {are you doing as well as Nabi Ibrahim as do ?). Dan adalah Nabi Ibrahim di kasih Kuniah Aba Dzaifan (Bapak para tamu di Muka Bumi) Dan Nabi Ibrahim as kepingin menjadikan Umat Nabi Muhammad SAW hidangan sampai Hari Qiamat. Maka Allah SWT berfirman kepada Nabi Ibrahim as : "Sesungguhnya engkau tidak akan mampu atas yang demikian itu". Maka berkata Nabi Ibrahim as : "Wahai Rabb kami Engkau mengetahui keadaan kami dan Yang maha Kuasa atas memperkenankan permohonanku". Maka Allah memperkenankan do'a Nabi Ibrahim as, dan Allah memerintahkan Malaikat Jibril supaya mendatangi Nabi Ibrahim as dengan membawa segenggam  kamper dari syurga. Dan supaya naik Nabi Ibrahim dengan kamper itu menuju Bukit Abi Qubais, dan supaya Nabi Ibrahim as meniupkan kamper itu ke atas langit. Maka berbuat Malaikat yang demikian itu, maka menyebar Syurga itu di atas bumi, maka setiap tempat jatuh dalam tempat itu sesuatu dari kamper jadi garam samapai hari Qiamat. Maka semua garam yang ada di muka bumi dari hidangan yang diberikan Nabi Ibrahim as, seperti keterangan tersebut telah menerangkan oleh Syeikh Imam Ahmad Suhaemi dan Syeikh Imam Ibn 'Imad. Ini adalah keterangan yang di pandang dari pandangan orang yang beriman, tentu keterangannya akan berbeda dengan pandangan ilmiah/science, atau pandangan astronomi/klenik.
   Kemudian tatakrama bertamu adalah buru buru menemui tamunya dalam beberapa perkara, itu dari perkara makanan, dan tidak berhalangan dengan kenyang, tetapi makan sebagaimana biasanya (walaupun tamu masih kenyang hendaknya makan barang sedikit sebagai penghormatan).   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar